Oleh Jordan Hotman Ekklesia Sitorus
Siswa SMA Katolik Santo Paulus, Jember, Jatim
Siswa SMA Katolik Santo Paulus, Jember, Jatim
Sekolah
yang bertaraf internasional harus memiliki guru yang bertaraf internasional.
Hal ini menjadi permasalahan jika kebanyakan guru tidak siap berkompetisi dalam
level internasional. Akibatnya, impian sekolah untuk bisa bersaing dalam level
internasional hanya tinggal kenangan.
Akhir-akhir
ini banyak sekolah yang getol mempersiapkan diri menjadi sekolah yang bertaraf
internasional. Mereka memperbaiki fasilitas yang ada dan menambah yang kurang.
Kemampuan
berbahasa Inggris para guru dan muridnya ditingkatkan agar syarat untuk menjadi
sekolah bertaraf internasional.
Memang,
hal ini memiliki sisi positif. Jika diterima menjadi sekolah bertaraf
internasional, pamor sekolah akan meningkat. Jika pamor sekolah meningkat, maka
jumlah calon murid yang mendaftar untuk menjadi murid juga akan menhingkat.
Dengan
adanya sekolah bertaraf internasional, kemampuan murid akan meningkat. Murid
memiliki kemampuan untuk bersaing dalam level nasional atau bahkan
internasional.
Tapi,
ada permasalahan yang harus dihadapi dan menjadi pertimbangan dalam pembentukan
sekolah bertaraf internasional.
Pertama,
dana yang dimiliki dalam membentuk sekolah yang bertaraf internasional. Jika
dana yang dimiliki cukup, maka tidak sulit untuk mewujudkannya. Akan tetapi,
tidak semua sekolah memiliki dana yang cukup untuk mewujudkannya. Hal ini
sangatlah sulit mengingat dibutuhkan dana yang cukup besar untuk mewujudkannya.
Kedua,
tidak semua warga sekolah (termasuk guru dan murid) mampu berbahsas Inggris
dengan benar. Hal ini sangat merepotkan mengingat bahasa pengantar yang
digunakan adalah bahasa Inggris. Apalagi, jika kebanyakan warga sekolah tidak
mampu berbahasa Inggris dengan baik dan benar. Otomatis komunikasi antarwarga
sekolah tidak dapat berjalan dengan baik.
Ketiga,
berkaitan dengan perkembangan nasionalisme para warga sekolah. Penggunaan
bahasa Indonesia dalam sekolah bertaraf internasional dikurangi dan penggunaan
bahasa Inggris ditambah. Hal ini menjadi permasalahan karena dengan penggunaan
bahasa Indonesia berarti mengurangi rasa nasionalisme terhadap bangsa kita
sendiri. Jika rasa nasionalisme berkurang, maka masa depan bangsa ini menjadi
tidak jelas.
Keempat,
SPP para murid. Kebanyakan sekolah bertaraf internasional mematok SPP yang
bertaraf internasional untuk membiayai gaji para guru dan pengembangan
fasilitas. Jika mayoritas murid, termasuk dalam golongan mampu, maka hal itu
tidak menjadi masalah. Tetapi jika mayoritas murid termasuk dalam golongan
kurang mampu maka hal itu akan menjadi masalah.
Kelima,
kualitas guru. Sekolah yang bertaraf internasional harus memiliki guru yang
bertaraf internasional. Hal ini menjadi permasalahan jika kebanyakan guru tidak
siap berkompetisi dalam level internasional. Akibatnya, impian sekolah untuk
bisa bersaing dalam level internasional hanya tinggal kenangan.
Untuk
mengatasi permasalahan ini dibutuhkan dana yang sangat besar dan waktu yang
cukup lama. Namun, kita tidak boleh pesimistis bahwa permasalahan bisa
diselesaikan.
http://suaraguru.wordpress.com/2009/03/17/dilema-sekolah-bertaraf-internasional/
0 komentar:
Posting Komentar