Pages

Subscribe:

Social Icons

Social Icons

Featured Posts

Rabu, 05 Desember 2012

Dilema Sekolah Bertaraf Internasional


Oleh Jordan Hotman Ekklesia Sitorus
Siswa SMA Katolik Santo Paulus, Jember, Jatim

Sekolah yang bertaraf internasional harus memiliki guru yang bertaraf internasional. Hal ini menjadi permasalahan jika kebanyakan guru tidak siap berkompetisi dalam level internasional. Akibatnya, impian sekolah untuk bisa bersaing dalam level internasional hanya tinggal kenangan.
Akhir-akhir ini banyak sekolah yang getol mempersiapkan diri menjadi sekolah yang bertaraf internasional. Mereka memperbaiki fasilitas yang ada dan menambah yang kurang.
Kemampuan berbahasa Inggris para guru dan muridnya ditingkatkan agar syarat untuk menjadi sekolah bertaraf internasional.
Memang, hal ini memiliki sisi positif. Jika diterima menjadi sekolah bertaraf internasional, pamor sekolah akan meningkat. Jika pamor sekolah meningkat, maka jumlah calon murid yang mendaftar untuk menjadi murid juga akan menhingkat.
Dengan adanya sekolah bertaraf internasional, kemampuan murid akan meningkat. Murid memiliki kemampuan untuk bersaing dalam level nasional atau bahkan internasional.
Tapi, ada permasalahan yang harus dihadapi dan menjadi pertimbangan dalam pembentukan sekolah bertaraf internasional.
Pertama, dana yang dimiliki dalam membentuk sekolah yang bertaraf internasional. Jika dana yang dimiliki cukup, maka tidak sulit untuk mewujudkannya. Akan tetapi, tidak semua sekolah memiliki dana yang cukup untuk mewujudkannya. Hal ini sangatlah sulit mengingat dibutuhkan dana yang cukup besar untuk mewujudkannya.
Kedua, tidak semua warga sekolah (termasuk guru dan murid) mampu berbahsas Inggris dengan benar. Hal ini sangat merepotkan mengingat bahasa pengantar yang digunakan adalah bahasa Inggris. Apalagi, jika kebanyakan warga sekolah tidak mampu berbahasa Inggris dengan baik dan benar. Otomatis komunikasi antarwarga sekolah tidak dapat berjalan dengan baik.
Ketiga, berkaitan dengan perkembangan nasionalisme para warga sekolah. Penggunaan bahasa Indonesia dalam sekolah bertaraf internasional dikurangi dan penggunaan bahasa Inggris ditambah. Hal ini menjadi permasalahan karena dengan penggunaan bahasa Indonesia berarti mengurangi rasa nasionalisme terhadap bangsa kita sendiri. Jika rasa nasionalisme berkurang, maka masa depan bangsa ini menjadi tidak jelas.
Keempat, SPP para murid. Kebanyakan sekolah bertaraf internasional mematok SPP yang bertaraf internasional untuk membiayai gaji para guru dan pengembangan fasilitas. Jika mayoritas murid, termasuk dalam golongan mampu, maka hal itu tidak menjadi masalah. Tetapi jika mayoritas murid termasuk dalam golongan kurang mampu maka hal itu akan menjadi masalah.
Kelima, kualitas guru. Sekolah yang bertaraf internasional harus memiliki guru yang bertaraf internasional. Hal ini menjadi permasalahan jika kebanyakan guru tidak siap berkompetisi dalam level internasional. Akibatnya, impian sekolah untuk bisa bersaing dalam level internasional hanya tinggal kenangan.
Untuk mengatasi permasalahan ini dibutuhkan dana yang sangat besar dan waktu yang cukup lama. Namun, kita tidak boleh pesimistis bahwa permasalahan bisa diselesaikan.

(Sumber: Surya, 17 Maret 2009). Email: J3DN-rj@plasa.com.
http://suaraguru.wordpress.com/2009/03/17/dilema-sekolah-bertaraf-internasional/

0 komentar:

Posting Komentar